Kenaikan harga komoditas menjadi fokus pelaku pasar. Hal ini sejalan meningkatnya biaya bahan baku yang menjadi indikasi awal pergerakan inflasi.
Berdasarkan survei, penjualan eceran dan indeks ekspektasi harga umum pada November 2021 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Dari sisi harga, responden memperkirakan tekanan inflasi pada November mencapai 124,8 dan terus naik hingga Februari 2022 mencapai 138.7. “Sedangkan, indeks ekspektasi harga umum diproyeksikan mencapai 123.0 pada November 2021 dan melanjutkan kenaikan hingga Februari 2022 mencapai 134.2,” jelas PT Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset harian, Rabu (13/10/2201).
Pilarmas memperkirakan, tekanan inflasi pada periode tersebut akan dipengaruhi oleh harga bahan baku yang terus menunjukkan peningkatan sejak Juli 2021. Di sisi lain, Bank Indonesia juga memproyeksikan tingkat inflasi pada Oktober 2021 masih terjaga pada 0.05% (month on month/MoM). “Sehingga apabila proyeksi tersebut dapat terealisasi, perkiraan inflasi bulan Oktober 2021 naik sebesar 0,85% (year to date/ytd) dan 1,59% YoY,” ujar Pilarmas.
Lebih lanjut, jika mengacu pada target Bank Indonesia, capaian inflasi tersebut masih berada di bawah target yang diproyeksikan berada pada 2% hingga 4%. Pelonggaran aktivitas menjelang akhir semester II dinilai menjadi harapan terkait naiknya konsumsi masyarakat. “Selain itu, output pabrik diproyeksikan naik pasca pelonggaran aktivitas di kuartal III dan IV 2021,” pungkas Pilarmas. (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com