oleh

Gubernur DKI Jakarta Ungkap Tiga Prinsip Hadapi Masalah Banjir

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan prinsipnya dalam menghadapi tiga penyebab utama banjir di Jakarta. Prinsipnya, kata Anies, adalah siaga, tanggap dan galang dengan kolaborasi bersama elemen masyarakat.

“Kita hadapi dengan tiga prinsip, satu siaga, dua tanggap, tiga galang. Harapanya, ini akan bisa menggerakkan seluruh unsur masyarakat,” ujar Anies usai memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di DKI Jakarta Tahun 2021, di Monas, Jakarta, Rabu (13/10/2021).

Anies kemudian membebeberkan tiga penyebab utama banjir di Jakarta. Pertama, kata dia, banjir yang disebabkan rob atau pasang air laut.

Baca Juga  Merangkul Keberagaman, Tema CGM Kota Bogor 2022

Hal ini biasanya terjadi di wilayah pesisir atau tepi laut Jakarta. Kini, di samping karena pasangnya air laut, penurunan muka tanah di utara Jakarta juga mempengaruhi meningkatnya banjir rob.

Front dari kawasan selatan pegunungan, yaitu air hujan yang dialirkan melalui 13 sungai masuk Jakarta,” ungkap Anies.

Penyebab kedua ini biasa dikenal banjir kiriman. Karena berada di wilayah dataran rendah dan memiliki 13 aliran sungai, Jakarta dapat banjir jika hujan terjadi di hulu sungai.

Hujan dengan intesitas tinggi di daerah hulu (Jawa Barat dan Banten) akan terbawa melalui aliran sungai ke Jakarta sebelum lepas ke laut. Hal inilah yang membuat sungai yang bermuara di Jakarta meluap dan mengakibatkan banjir.

Baca Juga  Muzani soal Proposal Damai Ukraina-Rusia: Prabowo The New Soekarno

Pada saat di mana pada saat kondisi tertentu kapasitas aliran sungai di Jakarta tersebut tidak cukup menampung air, sehingga terjadi limpasan di beberapa bantaran sungai di Jakarta.

Penyebab ketiga, kata Anies, adalah hujan lokal yang terjadi di Jakarta. Hujan yang terjadi dengan intensitas tinggi dalam durasi yang lama di wilayah Jakarta akan mengisi salurah-saluran air dan daerah cekung.

Baca Juga  Kasus Corona Meningkat dan Dua Gubernur ini Mendapatkan PR dari Satgas

Jika tidak tertampung lagi, air akan meluap hingga menyebabkan banjir. Selain itu, dimensi drainase kota Jakarta dirancang untuk menampung debit air dengan curah hujan maksimal 100 mm/hari. Namun, pada beberapa hujan besar ekstrem yang terjadi di Jakarta, curah hujan melebihi kapasitas tersebut.

Contohnya pada 1 Januari 2020 lalu, curah hujan Jakarta mencapai 377 mm/hari dan merupakan yang tertinggi selama 24 tahun. Sehingga banjir pun melanda sebagian besar wilayah Ibu Kota. (*/cr2)

Sumber: beritasatu.com

News Feed