oleh

Bulan Sabit yang Membawa Energi Harapan

– catatan dari kemeriahan Festival Lampion di Taiwan  –

oleh : Retno Intani ZA
Ketua Bidang Pendidikan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat

Yuejin – Taiwan. Festival Lentera atau festival lampion tahun 2023 di Taiwan hanya berlangsung satu bulan mulai tanggal 5 Februari ini namun kesan kemeriahannya terus saja membayang bagi para pengunjungnya.

Salah satunya, festival lampion yang diselenggarakan di Yuejin Port, kawasan sungai yang pernah menjadi pelabuhan perdagangan yang terletak di sekitar 53 km dari  stasiun kereta Tainan.

Untuk menuju ke kota Yuejin, bisa dicapai dengan mobil maupun kereta. Ada kereta  supercepat bernama  Taiwan High Speed Rail. Dari Taipei ke Tainan berjarak tempuh 305.31 km atau 189.29 mil dan  memerlukan waktu tempuh dengan kereta cepat sekitar 4 jam kemudian dari stasiun Tainan ke Yuejin Port disambung dengan bis atau mobil sekitar 1 jam perjalanan.

Rombongan kecil  dari Serikat Media Siber Indonesia terdiri dari Aat Surya Safaat, Retno Intani, Jon Heri, Umi Syarifah dan Yono Hartono yang diundang oleh Biro Pariwisata Kementerian Transportasi dan Komunikasi Taiwan dan difasilitasi oleh Taiwan Economic and Trade Organization (TETO) berkesempatan untuk menyaksikan festival lampion di Yuejin Port sehari setelah mengikuti pembukaan Festival Lampion di Taipei (5/2).

Sesampai di Yuejin Port, disambut dengan cuaca yang masih dingin, berangin dan hujan rintik. Pemandu yang sudah disiapkan membagikan ‘earphone’ ke masing-masing peserta kemudian mulailah perjalanan menelusuri festival yang area-nya sekitar 10 hektar. ‘Earphone’ yang disiapkan cukup ‘canggih’ dan sangat fungsional.

Penjelasan dari pemandu akan terus terdengar meskipun jarak antara pemandu dan peserta menjauh. Manakala peserta masih menikmati sajian instalasi lampion di area A dan ternyata pemandu sudah berada di area B, maka peserta tidak perlu kebingungan dimana rombongan berada karena ‘earphone’ mendeteksi suara pemandu tengah berada dimana.

Cahaya Bulan Menyinari Kota

Setiap tahun, tema yang diangkat berbeda-beda. Tema tahun ini adalah ‘Cahaya Bulan di Kota’. Area festival meliputi sekitar 10 hektar dengan pengelompokan karya dalam tiga fase bulan purnama.

Pertama, fase romantisme gerhana, fase ini menunjukkan fase saat bulan seperti teater ilusi, dengan penari yang mempesona dan penampil yang anggun. Seperti melodi yang mengalir di antara fantasi dan kenyataan, hati bulan dan manusia akan dikalahkan oleh romansa.

Fase kedua yakni  merujuk pada bentuk bulan biru surealis di mana bulan dapat memberikan kemungkinan tak terbatas, membuat makhluk kecil tampak sangat besar dengan bayang-bayang yang mereka ciptakan dari iluminasinya, seperti halnya bulan atau api bekerja, dari jauh tiba-tiba tampak dekat.

Baca Juga  RUU Sisdiknas, PGRI Soroti Hilangnya Tunjangan Guru dan LPTK

Ada keyakinan setempat bahwa bila berjemur di bawah sinar bulan Yuejin Port, seseorang harus bersiap untuk sebuah kejutan atau ketakjuban apa pun yang tiba-tiba muncul.

Lalu, fase ketiga, bulan sabit dengan energi harapan. Bulan sabit sering dilihat sebagai simbol kesucian, kekuatan dan kehidupan.

“Bagaimanapun pandemi telah mengubah hidup kita, yang tetap konstan adalah hangatnya cahaya bulan yang menerangi malam.” ungkap Tan dari Tainan City Government.

Tema Festival Lentera Yuejin 2023 adalah cahaya bulan di kota dengan tiga fase bulan yang berbeda. Hal itu mampu membuat masyarakat memperhatikan ruang perkotaan dan lingkungan alam dengan menciptakan suasana yang khas.

Dalam sejarah pelabuhan Yanshuei dan Yuejin, ada semacam legenda tentang bulan.  Yuejin Port seperti bulan yang menyinari Yunshuei dan membawa kemakmuran besar. Perubahan bentuk bulan itu seperti lilin yang memudar, saat bulan menerangi kota seolah-olah pasang surut, naik dan turun.

Bulan dapat berubah, dari penuh menjadi bulan sabit, berawan menjadi cerah.
Namun, cahaya bulan di kota tidak pernah berubah, senantiasa memberi cahaya terang yang sama kepada setiap orang. Terkenal dengan wilayah perairan bulan sabitnya, Yuejin Port juga disebut sebagai ‘Moon Harbor’ atau ‘Pelabuhan Bulan’.

Yuejin Harbor dulunya merupakan pusat perdagangan di wilayah Yanshui, tetapi sekarang menjadi taman di tepi sungai tempat penduduk setempat sering berkongkow-kongkow.

Pada tahun-tahun awal ketika perdagangan berkembang pesat, kekayaan arsitektur Barok dan rumah bata kuno didirikan dan masih berdiri kokoh hingga sekarang. Festival lentera atau festival lampion ini berlangsung setiap tahun di lingkungan yang penuh nostalgia itu.

Para seniman dan mahasiswa seni internasional dan lokal diundang untuk memamerkan bakat dan ide mereka melalui penciptaan kreasi-kreasi lampion.

Selain lampion tradisional, ada juga instalasi seni yang dipadukan dengan pemandangan alam dan aliran air sungai di sekitarnya; mereka bahkan bisa interaktif.

Alunan musik yang mengiring pergerakan lampu menambah hikmat pengunjung menikmati  paduan karya-karya seni cahaya yang disajikan.

“Masyarakat setempat sering melihat bulan sabit sebagai simbol kesucian, kekuatan dan kehidupan.” jelas Tan dari Tainan City Government. Nah, para kreator seni kemudian mencoba menterjemahkan makna simbol bulan sabit itu melalui karya-karya yang dipajang di festival ini.

Perspektif unik sang seniman melihat bahwa orang-orang dapat mengalami perubahan hidup yang tak terduga, diharapkan orang-orang itu juga merasakan kembali, kehangatan dan keterhubungan yang berharga ketika semua berkumpul menikmati festival ini.

Dalam leaflet Yuejin Lantern Festival 2023 dipaparkan bahwa kesadaran manusia akan ruang itu terputus-putus dan tidak teratur. Melalui informasi perseptual yang diberikan oleh lingkungan dan akan membentuk citra fiksi dari individu.

Baca Juga  Sekjen Gerindra Ajak Partai Lain Dukung Prabowo: Kita Harus Bersama Membangun Indonesia

“Kami memperluas ‘cara pandang’ antara realitas dan fiksi, di mana tubuh dan pikiran dibekukan. Pemandangan ini langka bukan lagi lanskap yang ada di mana-mana. Sama seperti proses ‘pencerahan (satori)’ dalam Zen dari “melihat gunung dan air sebagaimana adanya” menjadi “melihat gunung tetap gunung, air tetap air’ – lanskap bukan sekadar lanskap, seperti kesadaran, di mana orang mengalir dan persepsi yang tidak teratur terisi di dalamnya, menjadi lanskap spiritual dalam pikiran mereka sendiri. Mencari rasa keberadaan yang menghilang dalam tumpukan adegan dan objek” demikian penjelasan dari penyelenggara festival yang dituangkan dalam leaflet.

Pameran instalasi seni cahaya dalam Yuejin Lantern Festival ini mencoba membuka perspektif baru di era pandemi, yaitu tubuh fisik yang dibatasi.

Para creator seni mencoba menerobos permukaan struktur konseptual dengan pengalaman tunggal yang tidak dimodifikasi. Menggunakan intuisi untuk merasakan keberadaan objektif ruang daripada mengidentifikasinya. Prosesnya akan menjadi ambigu, dan definisi ruang tampaknya jauh dari permukaannya tetapi semuanya berdiri sendiri.

Hal itu terlihat pada karya pertama yang dimunculkan di area pertama. Begitu memasuki area festival, pengunjung langsung disambut dengan instalasi lampu berbentuk dua bola mata tiga dimensi di tengah perairan. Bola mata akan terus menatap pengunjung dari berbagai posisi pengunjung melalui pencahayaan tersebut.

Kami terus menjelajahi area festival di tepi sungai yang telah dipasangi gerakan cahaya kontemporer yang bercerita tentang keindahan bulan mengiringi harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Bagi masyarakat setempat, bulan sabit sering dipandang sebagai simbol kesucian, kekuatan dan kehidupan. Di era pasca pandemi, setiap orang ingin memiliki bulan sendiri, simbol harapan masa depan yang dapat diberikan kepada semua orang melalui anugerah seni.

Jembatan yang menghubungkan dua tepian sungai ini dihadirkan dengan instalasi lampu berbentuk laba-laba yang konon merupakan sentuhan kreasi seniman asal Perancis. Romansa sinar rembulan memang kemudian menyemangati para kreator seni.

Di sungai yang berkelok-kelok di Pelabuhan Yuejin, ada mitos yang mengatakan bahwa terdapat penjaga yang tersembunyi di dalamnya yang oleh orang-orang disebut ‘No123’.

Itu adalah robot tipe kelinci, yang diyakini sebagai si pembawa pesan yang dikirim dari bulan ratusan tahun yang lalu. Setiap kali lingkungan sekitarnya terancam, ia akan muncul dari dasar air saat bulan terbit, dan melindungi Pelabuhan Yuejin serta menjaga keseimbangan ekosistem.

Baca Juga  Ketum SMSI Pusat Nikmati Suguhan Gombyang Manyung Indramayu

Namun, tidak mungkin melindungi lingkungan dunia sendirian, jadi diharapkan semua orang bisa datang ke Yanshuei untuk bergabung melindungi lingkungan.

Merujuk pada penjelasan Chang Shi-chung, Direktur Jenderal Taiwan Bureau MOTC saat konferensi pers Internasional di National Dr. Sun Yat-Sen Memorial Hall (5/2), festival tahun ini menampilkan lentera utama berbentuk robot untuk pertama kalinya, yang terinspirasi oleh industri semi konduktor terkemuka dunia di Taiwan.

Tiga lampu sekunder yang terdapat pada robot tersebut merupakan simbol lentera naga dari festival lentera Taiwan di era milenium baru yang mengungkapkan rasa terima kasih kepada staf medis Taiwan yang bekerja keras selama pandemi.

Banyak pesan-pesan moral khususnya bagaimana merawat lingkungan alam dikreasikan dalam karya-karya seni yang tersaji dalam Yuejin Lantern Festival 2023 ini. Tentu pesan-pesan itu melalui interpretasi dan kesadaran para pengunjungnya.

Proses kesadaran ini seperti ritual pemanggilan. Dicampur dengan pengalaman umum dan pribadi. Menghubungkan materi dan ingatan masa lalu dan masa kini. Seperti yang terungkap dalam puisi berikut yang mengantar pengunjung memaknai karya-karya seni dan instalasi cahaya dalam Yuejin Lantern Festival 2023  :

Invisible Spectrum
Spektrum yang tak terlihat

What do you think the shape of light?
Apa yang kau pikirkan tentang bentuk cahaya?

What does smell like?
Seperti apa baunya?

What does light feel and taste like?
Seperti apa rasanya cahaya?

Does light speak?
Apakah cahaya bisa berbicara?

How do we listen to it?
Bagaimana kita mendengarkannya?

we fumble for the edge in the light…between palpable and invisible, there are various forms of light and possibilities
kita meraba-raba ketepian cahaya,,. antara teraba dan tak terlihat, ada berbagai bentuk cahaya dan berbagai kemungkinan

let the river flowing into Yuejin Harbor bring the lights you create
biarkanlah sungai yang mengalir ke Pelabuhan Yuejin membawa cahaya yang kau ciptakan

and your idea you attempt to convey
to the unpredictable future
continue flowing

dan gagasanmu yang kau coba sampaikan
ke masa depan yang tak terduga
akan terus mengalir

Lampion-lampion yang ditampilkan menampilkan gaya teknologi yang berbeda dari bentuk lentera tradisional, mencerminkan semangat festival lentera Taiwan yang bergerak dari klasik ke inovatif.

Menyaksikan Festival Lampion di Taiwan memang tidak sekedar melihat gemerlapnya cahaya dari inovasi karya-karya seni lampion yang diciptakan para seniman. Dibalik kemeriahan festival, terdapat makna-makna simbolik yang menuntun masyarakat setempat untuk introspeksi diri, berbuat kebaikan dan memelihara lingkungan. (RI)

News Feed